BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jaringan yang paling rumut dari
tubuh kita adalah jaringan saraf. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel–sel
saraf (neuron) untuk berkomunikasi satu sama lain dan dengan jenis sel–sel lain
(sel–sel otot, sel–sel kelenjar). Semua sel yang membentuk sau kesatuan
kelompok itu berada dalam komunikasi satu sama lain melalui sinyal elektris dan
pesan kimiawi yang membantu memelihara kesatuan kelompok sel itu sebagai
keseluruhan. Sinyal–sinyal ini mengendalikan pertumbuhan, reparasi dan posisi
relative sel–sel.[1]
Akan tetapi jaringan saraf mempunyai
fungs utama sebagai pembuat pesan kimiawi (penghantar saraf dan hormon–hormon)
dan perkembangan saluran komunikasi untuk koordinaasi fungsi–fungsi tubuh. Jaringan
saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar terdapat hampir di seluruh
jaringan tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya,
jaringan saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang
tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya
pusat akan memberikan jawaban atas rangsang tersebut.[2]
Oleh karena itu, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui struktur
histology serta bagian-bagian dari jaringan saraf.
B. Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan pada percobaan ini
yaitu untuk melihat struktur histology jaringan saraf.
C. Manfaat
Percobaan
Adapun manfaat pada percobaan ini
yaitu agar dapat melihat struktur histology dari jaringa saraf.
[1]Aqsha, 2012, “Laporan
Praktikum Jaringan Saraf, ”. Blog Aqsha.
http://aqshabiogger2010.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-jaringan-saraf.html
(26 Mei 2012).
[2]Ibid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar
terdapat hampir di seluruh jaringan tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam
melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu menerima rangsang dari
lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls
tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsang
tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk
sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang.
Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf
berkemampuan bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf
demikian dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung
antara sistem saraf dan sistem endokrin.[1]
Jaringan saraf atau
sistem saraf menjamin kepekaan hewan terhadap alergi lingkungan, sehingga mampu
sadar akan diri dan lingkungannya. Mampu membangkitkan serta mengontrol gerakan
otot serta sekresi kelenjar, juga berperan dalam tingkah laku naluri dan
lain-lain yang dipelajari. Parenkim jaringan saraf terdiri dari neuron yang
ditunjang oleh neuroglia. Neuron
merupakan satuan morfologis serta fungsional aktivitas saraf yang juga
merupakan unit nutritive, karena secara tidak langsung mampu mempertahankan
kehidupan sel-sel dalam organ diinervasinya. Karena neuron tidak mampu lagi
mengadakan mitosis pada kehidupan pascanatal, maka umurnya cukup panjang.
Seluruh sistem saraf merupakan perpaduan morfologis serta fungsional sehingga
menurut konsep dibagi dalam susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer.[2]
Semua fungsi di dalam
suatu organism diatur dan disesuaikan dengan sangat seksama, dikoordinasikan
dengan fungsi organ-organ lainnya, dan diintegrasikan menurut
kebutuhan-kebutuhan tubuh. Koordinasi dan integrasi fungsi alat-alat tubuh
dilaksanakan oleh sistem saraf (neural) dan sistem endokrin (hormonal). Pada
umumnya, sistem saraf mengatur aktivitas tubuh yang berlangsung relative cepat,
seperti kontraksi otot dan sekresi kelenjar, sedangkan sistem endokrin dengan
pencapaian organ targetnya, relative berlangsung lebih lambat, seperti proses
metabolisme. Suatu persambungan antara dua neuron disebut sinaps. Kedua neuron
itu biasanya tidak melekat langsung satu dengan yang lain tetapi dipisahkan
oleh suatu celah sempit, yang disebut celah sinaps.[3]
Sel saraf dibedakan menjadi beberapa macam yaitu sebagai
berikut:
1. Badan sel
Badan
sel yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini
disebut pula sebagai perikaryon. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam,
tergantung fungsi dan letaknya. Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun
kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya berbentuk bulat; dan berukuran besar.
Di dalamnya terdapat butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleolus
biasanya besar sehingga kadang-kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri.
Penampilan inti yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf, oleh karena
berkaitan erat sekali dengan kegiatan sel saraf. Dalam nukleolus banyak
mengandung molekul RNA yang penting untuk kegiatan sel terutama dalam sintesis
protein, sehingga mengikat warna basofil.
Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain.
Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain.
2. Dendrit
Merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang
bercabang-cabang sebagai pohon sehingga memperluas permukaan sel saraf. Pada
pangkalnya di badan sel terdapat perluasan substansi Nissl dan mitokhondria,
namun nerofibril dan mikrotubuli meluas sampai ujung dendritnya. Dengan
pewarnaan khusus menggunakan inpregnasi perak dapat terlihat adanya
tonjolan-tonjolan pada permukaan percabangan dendrit yang disebut gemula dan
spina. Bangunan tersebut digunakan untuk tempat kontak dengan sel saraf lainnya
melalui sinapsis.
Bentuk percabangan dendrit tergantung dari jenis sel sarafnya. Fungsinya merambatkan impuls ke arah badan sel.
Bentuk percabangan dendrit tergantung dari jenis sel sarafnya. Fungsinya merambatkan impuls ke arah badan sel.
3. Akson
Berbeda dengan tonjolan yang dinamakan dendrit, maka akson
merupakan tonjolan yang hanya terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls
yang meninggalkan badan sel. Bahkan salah satu jenis sel saraf dalam retina
yang disebut sel amakrin tidak memiliki axon sama sekali. Axon berpangkal pada
badan sel sebagai suatu bukit kecil yang dinamakan oxon hillock. Di dalam
daerah ini tidak terdapat substansi Nissl, karena di daerah ini banyak
nerofibril yang akan meninggalkan badan sel.[4]
Interaksi antara zat penghantar dengan reseptor yang
bersifat mengeksitasi terjadi suatu mekanisme pengikatan zat penghantar oleh
protein tertentu di membrane pascasinaps, yang mengakibatkan adanya pergerakan
ion Na+ masuk ke neuron dan melalui mekanisme zat penghantar
bergabung dengan reseptor yang mengakibatkan ezim adenilsiklase mengubah ATP
menjadi cAMP, kemudian akan mengaktifkan suatu enzim dari neuron pascasinaps
terhadap ion Na++. Akibatnya, ion Na++ akan masuk ke sel
saraf.[5]
[1]Anonim, 2006, “Jaringan
Saraf, http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/7-jaringan-saraf. html
(25 Mei 2012).
[2]Delmann dan Brown, Buku Teks Histologi Veteriner, (Jakarta: UI Press, 1987), h. 172.
[3]Yusminah Hala, Biologi Umum 2, (Makassar: Alauddin
Press, 2007), h. 90.
[4]“Bagian dan fungsi
Jaringan Saraf”, Sentra Edukasi. http://www.sentra-edukasi. com/2011/07/ html (25 Mei 2012).
[5]Ville, Walker dan Barnes, Zoologi Umum, Jilid I (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 115.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu
:
Hari/tanggal : Rabu/ 30 Mei 2012
Pukul : 10.00 – 12.30 WITA
Tempat : Laboratorium Zoologi Lantai
II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata – Gowa.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu
mikroskop elektron.
2.
Bahan
Adapun bahan yang akan
digunakan pada percobaan ini yaitu Ghoat
nerve cell smear, Human Sympathetic nerve dan Nerve cell.
C.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada
percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2. Mengamati bahan satu persatu
dibawah mikroskop
3. Menggambar hasil pengamatan dan
memperhatikan perbesaran yang digunakan, mewarnai dan memberi keterangan.
4. Membersihkan meja praktikum sebelum
meninggalkan laboratorium.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Neuron bipolar (Nerve cell)
Perbesaran : 4 x 0,10
keterangan :
1. Dendrite
2. Badan sel
3. Inti sel
4. Akson
Gambar referensi
Keterangan
:
1. Dendrite
2. Badan sel
3. Inti sel
4. Akson
2. Pengamatan neuron multipolar (Ghoat nerve cell smear)
Perbesaran : 10 x 0,25
Keterangan
:
1.
Dendrite
2.
Badan sel
3.
Inti sel
4.
Akson
5.
Terminal buttons
6.
Nodus ranvier
Gambar
referensi
Keterangan
:
1.
Dendrite
2.
Badan sel
3.
Inti sel
4.
Akson
5.
Terminal bottons
6.
Nodus ranvier
3.
Pengamatan neuron unipolar (Human sympathetic nerve)
Perbesaran : 10 x 0,25
Keterangan :
1.
Dendrite
2.
Badan sel
3.
Inti sel
4.
Akson
Gambar
referensi
Keterangan
:
1.
Dendrite
2.
Badan sel
3.
Inti sel
4.
Akson
B.
Pembahasan
1.
Pengamatan neuron bipolar (Nerve cell)
Neuron bipolar, sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang
pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan. Cabang yang satu
berperan sebagai dendrit, sementara yang lain berperan sebagai akson. Karena
percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf neuron bipolar mempunyai
bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya mempunyai fungsi
sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan berbagai neuron di dalam otak dan
spinal cord.[1]
Pada pengamatan ini, terdapat dendrite yang merupakan
uluran sitoplasma yang pendek dan bercabang-cabang serta jumlahnya banyak yang
berfungsi untuk menghantar impuls ke badan sel. Badan sel yang merupakan pusat
pusat trofik dari sistem saraf. Inti sel yang merupakan bagian terpenting dari sel dan berfungsi untuk
mengatur seluruh kegiatan sel dan pembelahan sel. Dan akson yang merupakan
uluran sitoplasma yang panjang dan jumlahnya hanya satu.[2]
2.
Pengamatan neuron multipolar (Ghoat nerve cell smear)
Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum
dan paling banyak ditemui. Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu,
namun hanya memiliki sebuah akson. Karena jumlah dendrit pada setiap neuron
multipolar bisa bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar
ini seringkali dikatakan berbentuk multigonal. Neuron multipolar umumnya
mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu membawa sinyal/isyarat dari
sistem saraf pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun
kelenjar.[3
Pada pengamatan ini, terdapat dendrite
yang merupakan uluran sitoplasma yang pendek dan bercabang-cabang serta
jumlahnya banyak yang berfungsi untuk menghantar impuls ke badan sel. Badan sel
yang merupakan pusat pusat trofik dari sistem saraf. Inti sel yang
merupakan bagian terpenting dari sel dan
berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel dan pembelahan sel. Akson yang
merupakan uluran sitoplasma yang panjang dan jumlahnya hanya satu. Terminal
buttons yang merupakan tempat pelepasan zat kimia yang menyeberangkan impuls ke
neuron lain. Ujung akson ini membentuk terminal presinaptik (mengirimkan
impuls) dan mengirim impuls ke terminal postsinaptik (menerima impuls). Serta
terdapat nodus ranvier merupakan celah diantara akson yang tidak tertutup oleh
selubung neurilema dan berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls ke
neuron.[4]
3.
Pengamatan neuron unipolar (Human sympathetic nerve)
Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada badan sel
sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron
unipolar akan menyerupai huruf “T”. Satu belahan cabang berperan sebagai
dendrit, sementara yang lain sebagai akson. Neuron unipolar ini umumnya
mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai pembawa sinyal dari
bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat.[5]
Pada pengamatan ini, terdapat terdapat dendrite yang
merupakan uluran sitoplasma yang pendek dan bercabang-cabang serta jumlahnya
banyak yang berfungsi untuk menghantar impuls ke badan sel. Badan sel yang
merupakan pusat pusat trofik dari sistem saraf. Inti sel yang merupakan bagian terpenting dari sel dan berfungsi untuk
mengatur seluruh kegiatan sel dan pembelahan sel. Dan akson yang merupakan
uluran sitoplasma yang panjang dan jumlahnya hanya satu.[6]
[1]“Klasifikasi Neuron”, Shvoong.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1832952-klasifikasi-neuron/ (25 Mei 2012).
[2]Ibid.
[3]Ibid.
[4]Ibid
[5]Ibid.
[6]Ibid.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang dapat diambil dari prkatikum ini adalah jaringan saraf dibagi menjadi unit
fungsional yaitu neuron yang merupakan sel saraf yang terspesialisasi yang
mengandung berbagai organel khas yang ditemukan pada kebanyakan sel eukariotik,
dan sangat beradaptasi bagi komunikasi berkat penjuluran-penjulurannya yang
seperti kabel. Dendrite merupakan penjuluran-penjuluran yang seringkali
bercabang-cabangseperti pohon yang menyangkut impuls menuju badan pusat sel.
Badan sel merupakan daerah yang lebih tebal di neuron dan mengandung nucleus
serta sebagian besar sitoplasma. Dan akson merupakan penjuluran yang mengangkut
impuls menjauhi badan sel.
Berdasarkan
bentuk percabangannya, neuron dapat dibedakan atas neuron unipolar, neuron
bipolar, dan neuron multipolar. Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang
pada badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua sehingga bentuk
dari neuron unipolar akan menyerupai huruf “T”. Neuron bipolar
sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan. Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui. Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson.
sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan. Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui. Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat saya
berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar praktikan lebih teliti
dalam melihat objek yang di amati dan tepat dalam menggunakan
mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Jaringan Saraf. http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/7-jaringan-saraf.
html (Di akses pada 25 Mei 2012).
Anonim,
2012. Bagian dan Fungsi Jaringan Saraf.
http://www.sentra-edukasi.
com/2011/07/ html (Di akses pada 25 Mei 2012).
Anonim,
2012. Klasifikasi Neuron. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/
1832952-klasifikasi-neuron/ (Di akses pada 25 Mei 2012).
Delmann dan Brown. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta: UI Press, 1987.
Hala, Yusminah. Biologi
Umum II. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Ville dkk. Zoologi
Umum. Jakarta: Erlangga, 1984.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar